Kata orang dunia ini sebuah misteri yang tak habis digali, namun kata orang juga, lebih misteri lagi manusia yang menghuni dunia ini. Bahkan keanehannya sering membuat kita menertawakan logika. "Apakah saya yang gila atau memang begini faktanya?" bisa jadi Anda sering mempertanyakan hal itu pada diri sendiri.
Begini, kata pepatah, lain padang lain ilalang; lain lubuk lain pula ikannya. Dan ternyata "Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung" ternyata memang begitulah kita menyerap dan beradaptasi. Meski tak pernah kita sadari bahwa Alam Terkembang Jadi Guru membuat kita belajar dari jenang hidup ke kehidupan lainnya.
Sebagaimana lain tempat lain kebiasaan, ternayata penyebab mati dari umumnya manusia disebabkan oleh faktor habitatnya. Ceritanya begini, orang Amerika mati karena pngen terkenal. Mereka lebih memilih cara mati dengan melakukan hal-hal ekstrem, bagi mreka juga, mati ditabrak mobil suatu yang konyol. Lebih baik mati di medan perang atau memanjat Menara Eifel daripada kecebur dalam got.
Namun lain halnya dengan orang Perancis, bagi mereka mode dan trand lebih prioritas. Meski harus patah patah kaki pakai sepatu hak tinggi atau tempurung lutut cedera, namun begitulah hidup. Sensasi dan gaya sebuah keutamaan.
Kalau orang Belanda, mereka lebih suka mati karena pangkat. Ya, begitulah. Seperti Indonesia yang dijajah 3,5 abad disebabkan faktor utama mengejar pangkat.
Orang Itali lebih suka mati karena cinta. Lihat saja Romeo dan Juliet. Dan orang Itali, adalah manusia paling romantis di dunia. Meski hampir semua orang Itali cantik-cantik dan tampan.
Di India, penyebab kmatian karena makan. India diknal engan kegemaran akan makan.
Dan China lebih dikenal karena mati karena harta. Misalnya Anda beristri wanita, jangan heran saat malam pertama kata yang paling dulu Anda dengar "Mana amplop pestanya. Saya tak sabar lagi untuk menghitungnya"
Namun yang lebih takjub adalah orang jepang, mereka mati karena malu. Seorang siswa mendapat angka 5 saat ulangan sebuah mata pelajaran, bisa berakhir dengan bunuh diri. Tidak heran juga, kasus-kasus para menteri atau pejabat yang bunuh karena ketahuan korupsi.
Dan di Indonesia penyebab mati masyarakatnya karena pengidap penyakit segan. Dengan dasar falsafah, "saling bertolak angsur". Misalnya kalau yang salah itu orang penting atau pemuka masyarakat, kita sudah belajar untuk saling memaafkan. "Namanya juga manusia, khilaf itu biasa."
Kalau ketahuan korupsi, paling banter juga bakal jadi selebritis. "Itu Oom Yus ke Bali kan untuk membuka rahasia kedok pejabat. Om Bakrie juga ikut bantu lho".
Namun para gembel ketahuan curi sepotong roti, 6 bulan dalam tahan sudah terjamin. Belum lagi hukum massa. Meski begitu, sebagaimana warga negara yang baik, kita selalu belajar menerapkan "Penyakit Segan". "Saya segan banget, ia kan kepala dinas."
Begini, kata pepatah, lain padang lain ilalang; lain lubuk lain pula ikannya. Dan ternyata "Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung" ternyata memang begitulah kita menyerap dan beradaptasi. Meski tak pernah kita sadari bahwa Alam Terkembang Jadi Guru membuat kita belajar dari jenang hidup ke kehidupan lainnya.
Sebagaimana lain tempat lain kebiasaan, ternayata penyebab mati dari umumnya manusia disebabkan oleh faktor habitatnya. Ceritanya begini, orang Amerika mati karena pngen terkenal. Mereka lebih memilih cara mati dengan melakukan hal-hal ekstrem, bagi mreka juga, mati ditabrak mobil suatu yang konyol. Lebih baik mati di medan perang atau memanjat Menara Eifel daripada kecebur dalam got.
Namun lain halnya dengan orang Perancis, bagi mereka mode dan trand lebih prioritas. Meski harus patah patah kaki pakai sepatu hak tinggi atau tempurung lutut cedera, namun begitulah hidup. Sensasi dan gaya sebuah keutamaan.
Kalau orang Belanda, mereka lebih suka mati karena pangkat. Ya, begitulah. Seperti Indonesia yang dijajah 3,5 abad disebabkan faktor utama mengejar pangkat.
Orang Itali lebih suka mati karena cinta. Lihat saja Romeo dan Juliet. Dan orang Itali, adalah manusia paling romantis di dunia. Meski hampir semua orang Itali cantik-cantik dan tampan.
Di India, penyebab kmatian karena makan. India diknal engan kegemaran akan makan.
Dan China lebih dikenal karena mati karena harta. Misalnya Anda beristri wanita, jangan heran saat malam pertama kata yang paling dulu Anda dengar "Mana amplop pestanya. Saya tak sabar lagi untuk menghitungnya"
Namun yang lebih takjub adalah orang jepang, mereka mati karena malu. Seorang siswa mendapat angka 5 saat ulangan sebuah mata pelajaran, bisa berakhir dengan bunuh diri. Tidak heran juga, kasus-kasus para menteri atau pejabat yang bunuh karena ketahuan korupsi.
Dan di Indonesia penyebab mati masyarakatnya karena pengidap penyakit segan. Dengan dasar falsafah, "saling bertolak angsur". Misalnya kalau yang salah itu orang penting atau pemuka masyarakat, kita sudah belajar untuk saling memaafkan. "Namanya juga manusia, khilaf itu biasa."
Kalau ketahuan korupsi, paling banter juga bakal jadi selebritis. "Itu Oom Yus ke Bali kan untuk membuka rahasia kedok pejabat. Om Bakrie juga ikut bantu lho".
Namun para gembel ketahuan curi sepotong roti, 6 bulan dalam tahan sudah terjamin. Belum lagi hukum massa. Meski begitu, sebagaimana warga negara yang baik, kita selalu belajar menerapkan "Penyakit Segan". "Saya segan banget, ia kan kepala dinas."
0 komentar:
Posting Komentar